
Kematangan Borges dalam berkarya mulai terbentuk di kota Buenos Aires. Dia mulai meninggalkan pemikiran ultraismenya dan masih memegang teguh kepercayaannya pada metafora. Melalui fiksi pendek dan kepercayaan yang kuat terhadap metafora bahasa, dia membangun karyanya menyerupai dunia sub-atom dan mistik yang jauh, tetapi saling berdekatan.
Metafora dipandangnya sebagai cara atau langkah dalam memahami berbagai hal, tentang hakikat penciptaan, keberadaan, tentang ruang-waktu, ketakterhinggaan dan kekekalan, asal usul dan tujuan akhir suatu hal yang ada di dunia. Karyanya juga mulai terkait dengan dunia filsafat dan mulai mengenal dunia mistik dan metafisika. Baginya, fiksi memiliki arti bahwa segenap mitologi, keyakinan, ilmu pengetahuan dan ideologi adalah fiksi yang hadir dalam kehidupan yang tertata.
Borges mengenalkan sastra fantasi atau literatura fantastica. Karyanya yang cukup terkenal adalah cerita-cerita mini, seperti Tlon, Uqbar, Orbis Tertius, yang mengisahkan sejarah secara imajiner mengenai planet yang bernama Tlon dan digambarkan dalam ensiklopedia Tlon.
Dia juga mencatumkan judul fiktif yang ditulis oleh figur historis dan empiris. Borges juga memasukkan karya seorang ahli hukum yang bernama Mir Bahadur Ali dari Bombay India. Bahkan, karya Borges juga berpura-pura sebagai seorang pembaca buku misalnya menuliskan tentang kajian analitisnya mengenai karya Herbert Quain.
Karyanya telah meleburkan batasan antara fakta dan fiksi.
Dalam karyanya itu, dunia nyata dimasukkan melalui ensiklopedia. Contoh yang lain adalah cerita tentang “Reruntuhan Melingkar”. Cerita ini berkisah tentang seorang rahib pagan tua yang mendatangi suatu reruntuhan kuil di tengah hutan. Tujuannya adalah mengharapkan atau memimpikan seorang anak lelaki yang akan dibawa ke dalam realitas. Namun, ketika anak lelaki itu nyata, justru sang rahib itu menyadari bahwa dirinya juga mahluk ilusi dari orang lain.
Ciri yang lain dari karyanya adalah mengenai perjalanan waktu. Melalui karya sastranya, dia menampilkan kajian mengenai buku-buku kuno yang mampu memindahkan waktu. Dalam karyanya Mukjizat Rahasia, dia mempermainkan waktu. Sang tokoh utama, Jaromir Hladik, yang berprofesi sebagai penulis, berusaha dengan keras menyelesaikan karyanya sebelum dihukum mati oleh tentara NAZI.
Di dalam pikiran sang tokoh, sedetik telah melaju selama satu tahun ke depan. Dan ketika dia selesai dengan karyanya, senapan telah meletus dan membunuhnya.
Selain persoalan waktu, persoalan lain yang muncul dalam karyanya adalah mengenai identitas ganda dari sang tokoh cerita. Dalam cerita yang berjudul Bentuk Pedang, dia bercerita tentang seorang pengkhianat. Dan dalam akhir ceritanya, sang pengkhianat yang dimaksudkan itu adalah dirinya sendiri.
Karyanya yang menunjukkan ciri yang tidak lazim ini dipengaruhi oleh tradisi kebudayaannya yang terbelah di antara dua budaya. Dia berada dalam metafora antara bahasa Spanyol dan bahasa Inggris. Bahkan, dia juga hidup di antara akar pribumi Argentina dan pengaruh kesastraan Eropa.
Borges dikenal sebagai sastrawan dari Amerika Latin yang praktik kesastraannya ikut memberikan pengaruh terhadap penulis dataran Eropa, seperti Michel Foucault, Umberto Eco, dan Danielo Kis. Gagasan yang dikemukan oleh Borges juga ikut memberi pengaruh terhadap perkembangan teori sastra. Hal ini terlihat dalam kajian estetika resepsi yang dikembangkan oleh teoritikus Gerard Genette dan Harold Bloom.
Biodata singkat:
Dwi Susanto
Pengajar Sastra Indonesia di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret. Menulis sejumlah buku seperti Kamus Istilah Sastra dan Sejarah Sastra Periode 1950-1965, dan penggemar (pembudidaya) anggrek.
Tulisan ini adalah rangkaian dari Seri Mengenal Borges. Tulisan lainnya:
Seri Mengenal Borges, Jorge Luis Borges (1)
Seri Mengenal Borges, Jorge Luis Borges (3)
Discussion about this post