Karya Borges yang lain adalah “Pierre Menard, Pengarang Don Quixote”. Karya ini mengkisahkan penulis di abad ke-20 yang bernama Pierre Menard yang ingin menulis Don Quixote. Namun, sang narator akhirnya memberikan komentar bahwa hasil karya dari Pierre Menard itu sama dengan cerita yang ditulis Cervantes pada abad ke-16. Bahkan, narator dalam cerita itu juga mengemukakan bahwa hasil karya dari Pierre Menard lebih bagus daripada karya dari Cervantes.
Hal serupa juga terulang dalam karya fiksinya yang berjudul “Kafka dan Para Pendahulunya”. Borges menceritakan bahwa karya-karya Kafka memberi pengaruh bagi para pendahulunya sebab membuat para pembaca membaca ‘secara lain’ karya itu baik oleh masa sekarang dan masa datang. Kafka membuat karya-karya yang sebelumnya kaya akan penafsiran. Hal ini menunjukkan bahwa karya Kafka dipengaruhi oleh pembacanya, yang memberikan makna atas karyanya.
Tema-tema ceritanya adalah masalah metafisik tentang waktu dan nasib manusia, campuran mimpi dan realitas, identitas diri, dan dunia yang berkeliaran. Ceritanya berakar pada realitas di Argentina seperti budaya macho. Citra bahasa digunakan untuk menampilkan realitas khayalan dan mendramatisasi perpecahan individual atau psikologis.
Ciri lainnya adalah penafsiran tentang mitos lama untuk menyampaikan tema-tema yang kekinian dalam proses kreatifnya. Hal ini dapat dilihat dalam karyanya yang berjudul La murte y la brujula (1942, Death and the Compass, 1962), dan El sur (1953, The South, 1962).
Karya yang berjudul La muertey la brujula merupakan gambaran tokoh Lönnrot, seorang ahli strategi yang sangat rasional. Namun dia terperangkap dalam ciptaannya sendiri atau strateginya sendiri. Sementara itu, kemunculan Scharlach bukan hanya sebagai kijang saja, tetapi dia adalah dewa kejahatan yang meramal kematian Lönnrot.
El sur menghadirkan realitas dan mimpi. Juan Dahlmaan sebagai tokoh utama cerita El sur merupakan seorang pustakawan yang memiliki adab yang tinggi. Dia ingin memahami kehidupan primitif dari budaya Argentina, gaucho yang penuh mistis. Sebelum meninggal di rumah sakit akibat operasi, dia bermimpi berkelana ke dunia Selatan. Hal ini adalah metafora kehidupan masa lampau dari Argentina. Cerita ini merupakan cerita yang disusun dengan gaya surealisme dengan mimpi romantis. Hal ini adalah simbol dari ego Dahlmann yang menjadimacho ideal, tetapi terbalik dalam realitasnya.
Sementara, karyanya yang berjudul “El Aleph” (1945, The Aleph, 1967), menghadirkan visi yang bijak tentang masalah estetik dalam bahasa yang linear. Baginya, semua doktrin atau ideologi hanyalah ciptaan rasional dan nalar manusia. Realitas yang ada mungkin hanyalah persepsi mental. Meskipun demikian, dia menggambarkan kehidupan dan pergolakan manusia yang dilukiskan dalam ketiaknormalan atau dunia absurd.
Biodata Singkat:
Dwi Susanto
Pengajar Sastra Indonesia di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret. Menulis sejumlah buku seperti Kamus Istilah Sastra dan Sejarah Sastra Periode 1950-1965, dan penggemar (pembudidaya) anggrek.
Tulisan ini adalah rangkaian dari Seri Mengenal Borges. Tulisan lainnya:
Seri Mengenal Borges, Jorge Luis Borges (1)
Seri Mengenal Borges, Jorge Luis Borges (2)
Seri Mengenal Borges, Jorge Luis Borges (3)
Seri Mengenal Borges, Jorge Luis Borges (5)
Discussion about this post